
BATULICIN, RSB – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tanah Bumbu telah melakukan monitoring ke beberapa sekolah dengan beberapa pertimbangan letak keberadaan sekolah dan sekolah yang dimungkinkan perlunya penegakan protokol kesehatan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tanah Bumbu melalui Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Ahmad Faizin saat dijumpai Kru RSB, Senin, 20 September 2021 di ruang kerjanya mengatakan, bahwa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) sudah dimulai sejak minggu lalu ketika PPKM Covid-19 di Tanah Bumbu berstatus level 3.
Dalam pelaksanaan PTMT jumlah peserta didik yang berhadir hanya 25 persen dari jumlah normal, yakni 28 orang untuk jumlah normal Sekolah Dasar (SD) dan 32 orang untuk jumlah normal Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Penerapan PTMT dilakukan menggunakan dua sistem yakni sistem shift jam dan shift hari, yang sepenuhnya diserahkan kepada pihak sekolah, shift jam berarti membagi kelompok dalam kelas untuk melaksanakan PTMT secara sirkulasi. Sementara shift hari yakni membagi jadwal turun siswa untuk perkelas.
Maksimal empat jam pembelajaran yakni satu jam pembelajaran selama 30 menit, dalam perubahan antar shift satu dengan shift kedua harus dikontrol untuk menghindari siswa yang datang dan pulang. Hal ini sudah dihimbau kepada Kepala Sekolah untuk memberikan jeda.
Dari hasil monitoring PTMT dilakukan evaluasi, untuk minggu pertama yang melibatkan pengurus Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), pengurus K3S yaitu dari Kelompok Kepala Sekolah SD dan pengawas.
Dari hasil evaluasi tersebut masih ada beberapa sekolah yang belum menerapkan prokes secara maksimal, oleh karena itu, penegakan prokes ditekankan yang utama kepada guru dan tenaga kependidikan kemudian kepada siswa, terakhir adalah wali murid.
Melalui sekolah, tidak hanya mendidik pelajar tetapi juga ingin mendidik masyarakat agar di rumah juga menegakkan prokes, minimal ketika keluar rumah, serta diberikan himbauan di sekolah sebagai pembiasaan sehingga nanti dapat menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat sekolah yang juga kepada masyarakat umum melalui pelajar.
Selanjutnya pada minggu kedua juga akan dilakukan monitoring dengan sistem dadakan (sidak) untuk melihat perkembangan sekolah-sekolah yang sudah dilakukan monitoring.
Hal ini bertujuan untuk menghimbau langsung dan memberikan peringatan berupa teguran moral jika masih terdapat sekolah yang tidak melakukan penegakan prokes secara maksimal, terdapat kemungkinan akan menutup sementara PTMT di sekolah tersebut.
Faizin berharap, setiap minggu monitoring evaluasi terus berjalan dengan baik sesuai aturan prokes sehingga nantinya pelaksanaan PTMT tidak hanya diikuti 25 persen siswa, tetapi berjalan normal sesuai harapan dinas, guru dan wali murid. (Des/Zuh/RSB)